Jadi jujur aku cukup jarang nge-post pengalaman-pengalamanku. Tapi karena sebelumnya aku cukup sulit dapet akses informasi dan aku yakin banyak yang kaya aku kala itu, jadi aku memutuskan membuat post ini. Jadi semoga bermanfaat ya.
Jadi kali ini aku mau share pengalamanku mendaftar Program S2 Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Alhamdulillah aku jadi mahasiswa baru yang masuk di semester genap TA 2019/2020. Aku dihitung sebagai mahasiswa angkatan 2019. Cerita dimulai ketika pasca wisuda sarjana, aku memutuskan untuk melanjutkan studi master. Akhirnya aku mencari informasi beberapa Perguruan Tinggi yang punya program Magister Ilmu Komunikasi. Salah satu yang jadi tujuanku adalah UGM. Kenapa UGM? Karena aku masih cukup jatuh cinta dengan iklim keilmuan di Yogyakarta. Keengganan untuk move on ini karena sudah 4 tahun aku jalani studi di sini dan ternyata benar kata banyak orang, cukup susah move on dari Jogja hehehe. Alasan selanjutnya adalah reputasi keilmuan UGM yang cukup menjanjikan. Selain itu akreditasi institusi UGM dan program studi yang aku pilih juga "A". Ini beberapa alasan aku memasukkan UGM sebagai salah satu pilihan.
Akhirnya aku mulai kontak via telepon Program Studi Magister Ilmu Komunikasi dan diangkat oleh tim di sekretariat untuk menanyakan proses dan persyaratan yang diperlukan. Kemudian dari sekretariat minta alamat emailku untuk dikirimkan beberapa persyaratan. Akhirnya aku nunggu untuk dikirim. Tapi setelah aku tunggu, jadi bingung kok beberapa kali cek email nggak ada? Mungkin kelupaan kali ya hehehe. Akhirnya setelah beberapa hari, aku telepon lagi untuk minta dikirimkan. Akhirnya dikirimkan persyaratan yang diperlukan. Di situ tertera bahwa persyaratan pendaftaran yang harus disiapkan untuk Program Studi Magister Ilmu Komunikasi adalah:
1. Persyaratan umum yang dapat diakses di website resmi UGM seperti:
a. ijazah
b. transkrip nilai asli
c. sertifikat program studi jenjang S1
d. Rekomendasi yang bersifat rahasia dari 2 (dua) orang yang mengenal calon Mahasiswa pada jenjang pendidikan sebelumnya, Dosen Pembimbing Akademik dan/atau orang lain yang dianggap berwenang, misalnya atasan tempat kerja pendaftar
e. Surat keterangan sehat dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
f. Proyeksi keinginan calon Mahasiswa
g. Surat ijin/tugas belajar dari instansi tempat kerja bagi pendaftar yang sudah bekerja
h. Dokumen Memorandum of Understanding (MoU) atau Perjanian Kerja Sama (PKS) atau Surat Penetapan sebagai Penerima Beasiswa yang masih berlaku (khusus bagi pendaftar jalur kerjasama);
2. Sertifikat potensi akademik dengan skor minimal PAPs UGM, TPDA PLTI, dan TPA BAPPENAS minimal 500 (bisa pilih salah satu)
3. Sertifikat dan minimal skor kemampuan bahasa inggris (pilih salah satu) AcEPT UGM 209, International English Testing System (IELTS) 5, TOEP PLTI 41, Internet-Based (iBT) TOEFL 45, dan Institutional Testing Program (ITP) TOEFL 450 (tidak disarankan)
4. Penulisan dan penyerahan draft Proposal Tesis
By the way untuk nomer 3 ada keterangan (apabila pendaftar belum memenuhi skor minimal yang ditetapkan oleh Prodi Magister Ilmu Komunikasi, tetapi sudah memenuhi skor minimal UGM, tetap bisa mendaftar dan mengikuti seleksi which is ketentuan dari universitas AcEPT minimal 149 dan PAPs 450).
Lalu petualangan dimulai dengan mendaftar Tes AcEPT. Untuk AcEPT sendiri diadakan seminggu sekali, tapi harus cepet karena bisa cepet terpenuhi kuota. Untuk tes nya sendiri dilakukan dengan Paper Based Test (PBT) di Gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Biayanya Rp150.000,00. Singkat cerita waktu itu skor yang aku dapat baru 197 yang jelas belum memenuhi dong dari skor yang ditentukan dari prodi. Jadi aku harus daftar lagi. Tapi pasca AcEPT ini aku putuskan untuk tes potensi akademik dulu.
Cerita berlanjut karena tes PAPs UGM ini nggak sesering AcEPT, jadi karena aku lihat pelaksanaannya masih cukup lama (karena kejar deadline hehehe), akhirnya aku cari informasi untuk TPA BAPPENAS terdekat. Akhirnya dapat informasi TPA BAPPENAS terdekat yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Tapi jangan kaget kalau biayanya jauh lebih mahal dari PAPs. Waktu pendaftaran, aku dikenakan biaya Rp550.000,00, jauh lebih mahal dari PAPs UGM yang cuma Rp200.000,00. Singkat cerita aku akhirnya ikuti tes ini. Dan ternyata naudzubillah, soalnya susah banget 😔. Dan akhirnya terbukti pasca nilai keluar, nilaiku juga belum memenuhi standar yang dibutuhkan hehehe.
Perjuangan dilanjutkan dengan aku tes AcEPT dan PAPs mengingat skor yang aku butuhkan belum mencukupi. Lalu aku tes AcEPT lagi dengan persipan yang (sedikit 😁) lebih baik dibanding sebelumnya. Tapi ternyata masih belum memenuhi juga karena aku baru mencapai 205 dari syarat minimal prodi yaitu 209. Tapi karena ketentuan harus ada jarak sekitar 2 minggu dari tes AcEPT
sebelumnya dan nggak memungkinkan mengingat waktu terakhir pendaftaran, jadilah aku mengumpulkan hasil terakhir AcEPT yang belum mencukupi itu. Oh iya, sebelumnya temenku mengkonfirmasi ke sekretariat prodi tentang persyaratan minimal itu tentang gimana kalau skor kita belum memenuhi? Untungnya ada kebijakan yang cukup melegakan. Kala itu disampaikan kita masih bisa tetap mendaftar dengan catatan kalau nanti diterima, kita diminta buat memenuhi minimal skor tersebut sebelum kita ujian tesis (aku lupa antara seminar proposal atau sidang). Jadi cukup melegakan.
Selain itu di waktu yang nggak begitu jauh dari tes AcEPT, aku juga kejar buat tes PAPs mengingat skor TPA BAPPENAS belum mencukupi. Untuk PAPs ini model pengerjaannya pakai CBT (Computer Based Test). Jujur soal yang ada jauh banget lebih mudah dibandingkan TPA BAPPENAS. Alhasil aku dapat skor 528 yang artinya memenuhi skor minimal yang ditetapkan prodi.
Perlu diketahui juga, selama proses tadi aku juga persiapkan syarat lainnya yang nggak bisa disepelein juga kaya misalnya proposal tesis yang harus dipikirin mateng, proyeksi keinginan, rekomendasi dosen, dan sebagainya. Sebagai informasi, semua persyaratan tadi dikumpulkan terpadu melalui akun um.ugm.ac.id yang kita sebelumnya buat. Berbagai berkas tadi seperti sertifikat AcEPT, PAPs, ijazah dan lainnya cukup di-scan dan nanti di-upload di situ. Buat rekomendasi dosen, teknisnya nanti di laman itu kita cukup input email dua dosen yang akan kasih kita rekomendasi. Nanti dosen tersebut akan dapat email dari UGM untuk isi rekomendasinya. Nanti akan ketahuan di akun kita dosen tersebut udah ngisi atau belum. Tapi jangan lupa sebelum isi email dosen, kita perlu sampaikan dulu ke dosennya.
Oh iya, pengecualian buat proposal tesis, nanti sistemnya nggak di-upload. Tapi proposal tesis tersebut bisa kita antar langsung ke Sekretariat Prodi atau via pos. Perhatikan deadline nya ya.
Pasca seluruh persyaratan tadi kita kumpulkan, tentunya yang tersisa bisa kita lakukan adalah berdoa. Tahap ini juga cukup penting lho. Jangan sampai kita cuma ikhtiar tapi melupakan tawakkal. Tahap ini juga jujur cukup penting bagi aku, mengingat skor AcEPT ku yang belum memenuhi syarat minimal hehehe.
Akhirnya hari pengumuman tiba. Cukup deg-degan juga dari beberapa hari sebelumnya. Sialnya adalah pengumuman dibuat di jam 22.00 yang menyebabkan deg-degan cukup jadi lebih lama.
Akhirnya jam 22.00 tiba. Aku udah standby di situs um.ugm.ac.id dari setengah jam sebelumnya. Tapi ternyata mundur setengah jam yang bikin dag dig dug makin lama. Lalu tibalah jam 22.30. Cerita masih berlanjut ketika servernya jadi down yang bikin susah aksesnya. Lalu setelah dicoba terus akhirnya muncul:
Ya, akhirnya setelah berbagai keribetan ngurus AcEPT, PAPs, proposal tesis, dan semuanya selama kurang lebih 2-3 bulan, terjawab dengan notifikasi itu. Pesan buat teman-teman, diusahakan bener-bener jauh-jauh hari ya persiapannya supaya bisa kejar semuanya dengan maksimal. Aku berharap teman-teman dimudahkan dalam segalanya dan kita bisa ketemu di Bulaksumur 😁 .
Catatan:
Oh iya temen-temen, ada sedikit catatan. Cerita ini aku buat sebagai landasan teman-teman dalam proses pendaftaran. Tapi ada kemungkinan kebijakan dari satu periode pendaftaran ke periode selanjutnya berbeda. Jadi untuk informasi yang akurat untuk periode pendaftaran kamu, jangan lupa keep in touch sama pihak prodi dan panitia pendaftaran universitas yaa.